Jumat, 01 Juli 2022

Mengembangkan Pola Kaderisasi Nahdlatul Ulama di Perkotaan

 



Kaderisasi Nahdlatul Ulama (NU) selama ini lebih banyak berkembang di lingkungan pesantren dan pedesaan, di mana tradisi keislaman Aswaja An-Nahdliyyah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Namun, seiring dengan urbanisasi yang pesat, tantangan baru muncul bagi NU dalam menjaga dan memperkuat kaderisasi di wilayah perkotaan. Kehidupan yang serba cepat, modernisasi, serta beragamnya pemikiran keislaman di perkotaan menuntut NU untuk beradaptasi dalam membina kader-kadernya agar tetap relevan dan mampu menghadapi dinamika sosial yang lebih kompleks.


Salah satu tantangan utama kaderisasi NU di perkotaan adalah minimnya interaksi langsung antara kader dan ulama. Jika di pesantren santri dapat dengan mudah mendapatkan bimbingan dari kiai, di perkotaan banyak anak muda NU yang lebih banyak berinteraksi dengan informasi digital yang belum tentu sesuai dengan nilai-nilai Aswaja. Oleh karena itu, NU perlu mengembangkan strategi kaderisasi berbasis teknologi, seperti kajian daring, kelas pemikiran Islam digital, serta platform komunitas yang dapat menghubungkan para kader dengan ulama dan tokoh NU.


Selain itu, kaderisasi di perkotaan harus mampu menjangkau berbagai kalangan, terutama profesional muda dan mahasiswa yang hidup di lingkungan yang lebih sekuler. Pendekatan yang lebih inklusif dan fleksibel harus diterapkan agar nilai-nilai NU tidak hanya eksklusif untuk kalangan pesantren, tetapi juga dapat diadopsi oleh masyarakat perkotaan yang memiliki gaya hidup dan pola pikir yang lebih modern. Kegiatan-kegiatan intelektual seperti diskusi tematik, pengembangan ekonomi berbasis NU, serta keterlibatan dalam isu-isu sosial menjadi cara yang efektif untuk menarik generasi muda perkotaan.


NU juga perlu mengembangkan pola kaderisasi yang lebih adaptif terhadap tantangan zaman, termasuk dengan memperkuat gerakan sosial dan kepemimpinan. Di perkotaan, kader NU harus dibekali dengan kemampuan advokasi, manajemen organisasi, serta pemanfaatan media untuk menyebarkan gagasan-gagasan Islam yang moderat. Dengan begitu, mereka tidak hanya menjadi penerus tradisi NU, tetapi juga menjadi agen perubahan yang aktif dalam menjawab berbagai persoalan umat dan bangsa.


Pada akhirnya, kaderisasi NU di perkotaan termasuk di Kota Tasikmalaya bukan hanya soal mempertahankan identitas keislaman, tetapi juga bagaimana mencetak kader yang mampu membawa nilai-nilai NU ke dalam berbagai aspek kehidupan modern. Jika NU mampu menyesuaikan pola kaderisasinya dengan kebutuhan masyarakat perkotaan, maka NU tidak hanya akan tetap eksis, tetapi juga semakin kuat dalam menghadapi tantangan zaman.


Apakah kita sudah cukup berperan dalam mencetak kader NU yang tidak hanya memahami nilai-nilai tradisional, tetapi juga mampu menjawab tantangan dunia modern? Atau justru kita masih terjebak dalam pola kaderisasi lama yang kurang relevan dengan realitas perkotaan saat ini?


Tasikmalaya 2 Juli 2022

Oleh Azka Sudrajat

Penulis adalah Pengurus LAKPESDAM PCNU Kota Tasikmalaya

Related Posts

Mengembangkan Pola Kaderisasi Nahdlatul Ulama di Perkotaan
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Like the post above? Please subscribe to the latest posts directly via email.

0 Comments