Organisasi ekstra kampus telah lama menjadi wadah bagi mahasiswa untuk mengasah kepemimpinan, memperluas wawasan, dan mengembangkan keterampilan di luar kurikulum akademik. Sejak dahulu, berbagai organisasi seperti PMII, HMI, GMNI, IMM, dan lainnya telah berperan dalam mencetak kader-kader bangsa yang kritis dan progresif. Namun, di tengah perubahan zaman dan perkembangan teknologi yang pesat, muncul pertanyaan: apakah organisasi ekstra kampus masih relevan dan penting bagi mahasiswa saat ini?
Di era digital dan disrupsi teknologi, mahasiswa memiliki banyak pilihan untuk belajar dan berkembang. Pelatihan online, komunitas virtual, hingga program magang dari berbagai startup menawarkan pengalaman yang tak kalah menarik. Hal ini membuat sebagian mahasiswa merasa bahwa bergabung dengan organisasi ekstra kampus tidak lagi menjadi prioritas. Mereka lebih memilih jalur yang dianggap lebih praktis dan langsung berdampak pada karier.
Namun, keberadaan organisasi ekstra kampus tetap memiliki nilai strategis yang tidak dapat tergantikan. Organisasi ini bukan sekadar tempat berkumpul, melainkan ruang bagi mahasiswa untuk berlatih kepemimpinan, memahami dinamika sosial, serta membangun jaringan yang luas. Tidak semua keterampilan tersebut bisa didapatkan melalui perkuliahan atau pelatihan berbasis online. Proses kaderisasi dalam organisasi ekstra kampus juga mengajarkan nilai-nilai perjuangan, loyalitas, dan keberpihakan terhadap masyarakat yang sering kali terabaikan dalam sistem pendidikan formal.
Selain itu, organisasi ekstra kampus masih berperan sebagai kekuatan penyeimbang dalam kehidupan kampus dan masyarakat. Mereka menjadi wadah bagi mahasiswa yang ingin menyuarakan aspirasi serta melakukan advokasi terhadap isu-isu yang penting, seperti demokrasi, hak asasi manusia, dan kebijakan publik. Dalam banyak kasus, gerakan mahasiswa yang berasal dari organisasi ekstra kampus telah mampu mendorong perubahan kebijakan dan menciptakan dampak sosial yang signifikan.
Namun, tantangan terbesar bagi organisasi ekstra kampus saat ini adalah bagaimana mereka beradaptasi dengan perkembangan zaman. Pola kaderisasi yang terlalu kaku, gaya komunikasi yang masih konvensional, serta kurangnya pemanfaatan teknologi membuat sebagian organisasi ini kehilangan daya tarik di mata mahasiswa. Jika ingin tetap relevan, organisasi ekstra kampus harus mampu mengemas gerakan mereka dengan lebih inovatif, memanfaatkan media digital, serta menawarkan program yang sesuai dengan kebutuhan mahasiswa era sekarang.
Pada akhirnya, penting atau tidaknya organisasi ekstra kampus sangat bergantung pada bagaimana mereka mampu bertransformasi dan memberikan manfaat nyata bagi anggotanya. Jika hanya menjadi wadah seremonial tanpa kontribusi konkret, maka wajar jika minat mahasiswa semakin menurun. Namun, jika mampu beradaptasi dan memberikan nilai tambah, maka organisasi ekstra kampus akan tetap menjadi tempat terbaik untuk membentuk karakter, kepemimpinan, dan kontribusi mahasiswa terhadap bangsa.
Jadi, apakah organisasi ekstra kampus masih penting? Jawabannya tergantung pada bagaimana mahasiswa melihat peran mereka. Apakah sebagai bagian dari sejarah yang mulai usang, atau sebagai ruang perjuangan yang perlu diperbarui untuk menghadapi tantangan zaman?
1 Maret 2021
Oleh Azka Sudrajat
Penulis adalah Sekretaris LAKPESDAM PCNU Tasikmalaya